Pages

Kamis, 03 Februari 2011

NAFTA

Politik Ekonomi NAFTA dan (Meksiko)

NAFTA, North American, Free, Trade, Agreement, TLCAN, remove, barriers, investment, among, Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko


Dari kaca mata politik, platform kampanye Obama yang mengangkat isu ekonomi merupakan hal yang sensitif disaat ekonomi AS tengah memasuki situasi resesi saat ini. Kedua, Amerika pada umumnya tengah mengalami kemerosotan volume industri manufaktur yang mengancam, yang berarti pula banyak pekerja blue collar AS yang kehilangan pekerjaan disektor manufaktur. Senator negara bagian Illinois ini (yang pernah mengalami masa kecil di Indonesia), Obama melihat pergeseran kepentingan nasional masyarakatnya dengan mengangkat masalah ekonomi dalam negeri AS terhadap ekonomi regional (baca: Meksiko) dalam konteks ekonomi globalnya yang sedang melemah (baca: terhadap China).


Kebijakan NAFTA setelah lebih dari 10 tahun berupaya mengintegrasikan ekonomi AS, Kanada, dan Meksiko yang berbatasan. Salah satu sebab isu untuk meninjau kembali NAFTA diangkat Obama adalah sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi negara itu yang memburuk disertai dengan membengkaknya trade deficit luar negerinya yang kian melebar. Dengan situasi ini, sepatutnya Indonesia juga belajar dari isu perdagangan bebas regional AS, bukan?Ada dua hal penting yang patut kita pelajari.
Pertama adalah isu labor migration dengan negara tetangganya sebagai bagian dari faktor produksi di Amerika Utara via NAFTA ini. Kedua, masalah kinerja ekspor AS belakangan berujung dengan trade deficit yang kian meningkat terhadap partner perdagangannya termasuk China. Tentu ini merupakan salah satu usaha politik Barack Obama merangkul isu populis dikalangan pekerja blue collar AS yang diharapkan menentang NAFTA walaupun kontroversi net gain di sektor lain tetap diperdebatkan kalangan ekonom AS sebagai keuntungan dari mekanisme itu. Penelitian ekonomi yang mendalam terhadap kebijakan NAFTA oleh ekonom AS (Robert A. Blecker, 2004) masih menunjukan mixed result antara yang mengedepankan net gain atau job loss sebagai akibat dari perjanjian perdagangan bebas regional ini.
Disatu sisi, AS berhasil mengintegrasikan ekonomi Meksiko sebagai bagian dari ekonomi North America tetapi disisi lain NAFTA tidak mengurangi labor migration ilegal sejak 1993 terutama imigran ilegal dari Meksiko ke Amerika Utara. Seharusnya, perjanjian ini juga mencakup masalah faktor labor mobility ini. Inilah akar permasalahan utama yang membuat dua kandidat dari kubu Partai Demokrat ini, Obama dan Hillary Clinton (istri mantan Presiden Bill Clinton) saling melempar tuduhan isu national interests (kepentingan nasional) seputar kinerja ekonomi dalam negeri AS.
Seperti diketahui, masalah illegal immigration telah mempolarisasi pemilih AS seperti tercermin dengan “terbunuhnya” immigration bill usulan George Bush di Kongres AS, Juli 2007 lalu yang berusaha menghentikan masuknya“illegal and mostly unskilled Mexican workers “ kedalam ekonomi AS melalui perbatasan. Dengan kata lain, NAFTA tidak berhasil mencegah labor migration. NAFTA diharapkan mendorong terjadinya perbaikan wages (upah) produksi nasional Meksiko melalui pergeseran lokasi produksi kekota-kota perbatasan Amerika dan Meksiko. Namun, yang terjadi tidaklah demikian. Pekerja ilegal unskilled yang kebanyakan berasal dari Meksiko tetap menuju ke Utara dan menjadi masalah politik yang sensitif dan rentan terhadap kebijakan “national interests” AS yang telah jelas menentang “illegal immigration.”

0 komentar:

Posting Komentar